Majalah Pantau mula-mula diterbitkan sebagai "newsletter" pada pertengahan 1999. Proyek ini juga akan menerbitkan buku dan studi kasus tentang media dan jurnalisme Indonesia serta mengadakan fora di mana isu-isu media didiskusikan. Proyek pemantauan media ini kemungkinan akan memanfaatkan situs web dan bekerja sama dengan media lain (termasuk televisi dan radio) untuk menyebarkan hasil kajian dan reportase redaksi Pantau. Kami masih membicarakan disainnya," kata Goenawan. "Pantau dalam skala lebih kecil akan diterbitkan kembali sebagai newsletter setiap tiga bulan. Goenawan mengatakan upaya pemantauan media akan tetap dilakukan redaksi Pantau lewat metode dan medium berbeda. Kami tentu akan mengembalikan sisa uang langganan maupun sisa kontrak iklan." Karyawan Pantau akan disalurkan ke beberapa unit kerja lain di lingkungan Komunitas Utan Kayu yang terdiri dari ISAI, radio 68-H, Jaringan Islam Liberal, Teater Utan Kayu, jurnal kebudayaan Kalam, toko buku Kalam, Galeri Lontar, serta beberapa unit lainnya.
Goenawan juga minta maaf kepada para pelanggan, pemasang iklan, sponsor, dan relasi lain, yang selama ini sudah banyak membantu majalah Pantau, "Kami akan segera menyelesaikan urusan utang dan piutang. Tapi majalah yang bagus khan butuh uang? Di Amerika, majalah seperti ini juga tidak hidup dari perdagangan, harus disubsidi dan itu yang kita tak punya," kata Goenawan. Majalah ini majalah yang bagus dan belum ada di Indonesia. Direktur Utama ISAI Goenawan Mohamad mengatakan bahwa struktur pembiayaan majalah Pantau -dengan liputan-liputan yang panjang, honor relatif tinggi, foto/lukisan artistik, biaya liputan, sementara permintaan pasar tipis dan pemasukan iklan sedikit- mendorong manajemen ISAI untuk menutup majalah ini setelah ia beroperasi selama dua tahun.